Sabtu, 15 Mei 2010

Sambil Menunggu

Sambil Menunggu
oleh Mahmud Darwish

Sambil menunggu, terlintas di benakku
banyak hal mungkin terjadi: Bisa jadi dia lupa tas tangan
kecilnya di dalam kereta, hingga dia kehilangan alamatku
dan telepon genggamnya, lalu hirap semangatnya
dan berkata: Dia datang memang bukan
untuk hujan yang ringan/
Bisa jadi dia terleka dengan satu urusan mendadak atau perjalanan
ke arah selatan untuk membesuk matahari, dan meneleponku
di pagi harinya namun tak tersambung karena aku sedang keluar
membeli gardenia dan dua botol wine
untuk kencan kami nanti malam/
Bisa jadi dia telah bertengkar dengan mantan suaminya
tentang berbagai kenangan lalu bersumpah: Untuk apa aku temui lagi lelaki bila
hanya untuk tertawan dalam kenangan/
Bisa jadi dalam perjalan kemari dia tertabrak taksi,
hingga bintang-bintang padam di galaksi.
Dan dia masih diberi obat penenang dan diserang kantuk/
Bisa jadi dia masih sempat melihat ke cermin sebelum tak sadarkan diri, dan
merasakan dua lampu pijar besar menggoyang-goyangkan
gaun suteranya, hingga dia merintih seraya berulang-ulang berkata:
Layakkah seseorang selainku menikmati keperempuananku/
Bisa jadi dia kebetulan berjumpa dengan mantan kekasih
yang masih dicintainya, hingga dia makan malam bersamanya/
Bisa jadi dia sudah mati,
sebab maut suka tiba-tiba, seperti aku,
sebab maut, seperti aku, tak suka menunggu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar