Minggu, 16 Mei 2010

Tahanlah Kantukmu

TAHANLAH KANTUKMU
oleh Mahmud Darwish

bagai cermin retak, bulan jatuh
kala itu bayangan tubuh kita
terlihat lebih besar daripada sesungguhnya
dan legenda-legenda pun tamat
tahanlah kantukmu, sayangku
luka kita akan menjelma emas
akan menjelma api di atas bulan.

di atas jendela
matahari bersinar terang
dipeluknya aku bagai kupu-kupu
di untai kalung bunga delima.

bibir-bibir menyapaku, tanpa kata
tahanlah kantukmu, sayangku
di atas jendela hari sudah terang.

mawar-mawar meruap dari tanganku
tak tercium harum
tahanlah kantukmu, sayangku
burung-burung sedang bunuh diri
bulu-bulu mataku adalah telinga-telinga jagung
yang mereguk malam dan takdir
suara manismu adalah kecupan
dan rentang sayap di atas senar.

di atas batu pengasingan,
pucuk ranting zaitun meratap
ia terus mencari
akar-akar, hujan, dan matahari
tahanlah kantukmu, sayangku
burung-burung sedang bunuh diri.

bagai cermin retak, bulan jatuh
kala itu sipu kita direguk bayang
kala itu kita sembunyikan pelarian
kala bulan jatuh,
pun cinta menjadi epik
tahanlah kantukmu, sayangku
luka kita akan menjelma emas
dan tangan kita yang menggapai-gapai di kegelapan
adalah burung bul-bul yang sedang memetik senar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar